Pendidikan Al-Qur'an model TKA / TKQ dan TPA / TPQ sekarang telah berkembang dengan pesat. Hampir  setiap kampung atau desa akan ditemukan TKA / TKQ dan TPA / TPQ dengan berbagai aktifitas pembelajaran Al-Qur'annya. Sejarah pembentukan TKA / TKQ dan TPA / TPQ pun telah melalui jalan sejarah yang panjang.


Sebelum sistem pendidikan Al-Qur’an dengan bentuk Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA/TKQ) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ) berkembang pesat yaitu sebelum tahun 1990-an, jumlah anak muda Indonesia yang tidak lancar dan tidak mampu membaca Al-Qur’an semakin meningkat.  
Pernyataan tersebut didukung dengan adanya catatan-catatan berikut :
  • Di tahun 1950-an, umat Islam Indonesia baik tua ataupun muda yang tidak mampu membaca Al-Qur’an ada 17 %, dan kemudian pada tahun 1980-an meningkat menjadi 56 %.
  • Berdasarkan Hasil penelitian yang dilaksanakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta bekerjasama dengan Dewan Dakwah Indonesia pada tahun 1988 terdapat kenyataan bahwa 75 %  pelajar SMA di Jakarta tidak mampu mambaca Al-Qur'an.
  • Berdasarkan Hasil survey Kantor Departemen Agama Kotamadya Semarang tahun 1994 di Kotamadya Semarang untuk anak-anak SD se-Kotamadia Semarang, tercatat data bahwa keberhasilan pengajaran membaca Al-Qur’an di SD se-Kotamadia Semarang hanya 16 % saja ( sumber dari Drs. H.M. Sukindar, Kepala Kantor Departemen Agama Kotamadya Semarang pada tanggal 22 Januari 1995 ).
Catatan-catatan tersebut memberikan kesimpulan bahwa telah terjadi peningkatan ketidakmampuan umat Islam, khususnya generasi mudanya dalam membaca Al-Qur’an. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan terobosan dalam menanggulangi ketidakmampuan umat Islam Indonesia dalam membaca Al-Qur'an. Di antara tokoh pembaru yang cukup menonjol adalah KH. As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta.

KH. As’ad Humam bersama kawan-kawannya yang dihimpun dalam wadah Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus AMM) Yogyakarta, telah mencari bentuk baru bagi sistem pengelolaan dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an. Setelah melalui studi banding dan ujicoba, maka pada tanggal 21 Rajab 1408 H (16 Maret 1988) didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) “AMM” Yogyakarta. 
Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Romadlon 1409 H (23 April 1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) “AMM” Yogyakarta. Antara TKA dengan TPA tidaklah memiliki perbedaan dalam sistem, keduanya hanya berbeda dalam hal usia anak didiknya. TKA untuk anak usia TK (4,0 – 6,0 th), sedang TPA untuk anak usia SD (7,0 – 12,0 th).
Bersamaan dengan didirikannya TKA-TPA, KH. As’ad Humam tekun menulis dan menyusun buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro’”. Metode ini ternyata telah sanggup membawa anak-anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca Al-Qur’an.

Berkat ditemukannya metode Iqro’ ini, yang sekaligus dibarengi dengan gerakan TKA-TPA, akhirnya diseluruh tanah air Indonesia terjadi suasana dan gairah baru dalam belajar membaca Al-Qur’an. Lebih-lebih setelah lembaga baru lainnya, seperti TKAL, TPAL, TQA, Kursus Tartil Qur’an, BKB-Iqro’, dan lain-lain juga didirikan mengiringinya. 
Maka terjadilah suatu gerakan baru yang dikemas dalam Gerakan M5A (Membaca, Menulis, Memahami, Mengamalkan dan Memasyarakatkan Al-Qur’an). Bahkan kemudian, gairah dari gerakan ini tidak hanya terbatas di wilayah tanah air Indonesia saja, namun juga merembes ke negeri-negeri jiran (tetangga).

Sebagai bukti monumental terhadap kepeloporan KH. As’ad Humam dalam gerakan pembelajaran membaca Al-Qur’an di Indonesia, maka Munas LPTQ yang ke VI tahun 1991 telah menetapkan TKA “AMM” sebagai Balitbang Sistem Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an LPTQ Nasional di Yogyakarta (SK LPTQ Nomer: 1 tahun 1991). 
Setahun kemudian tepatnya pada tanggal 3 Januari 1992, Pemerintah RI melalui Menteri Agama memberikan Piagam Penghargaan kepada KH. As’ad Humam, sebagai Pembina Tilawatil Qur’an di Indonesia. Kemudian bersamaan dengan pembukaan Festival Anak Shaleh (FASI) IV tanggal 11 Juli 1999, di Istana Bogor, Presiden B.J. 
Habibie berkenan menganugerahkan Piagam Penghargaan kepada KH. As’ad Humam karena kepeloporannya menggerakkan pendidikan Al-Qur’an di Indonesia. Piagam itu telah diterima langsung oleh Ibu Iskilah As’ad Humam (sebagai ahli waris) dari tangan Presiden B.J. Habibie.